📢 Selamat datang di media JURNALPAPADAAN.blogspot.com, memasuki umur media JP yang akan mendekati 4 Tahun di bulan maret 2025 nanti, media JP akan terus berupaya meningkatkan performa website dan isi konten berita maupun lainnya, untuk itu kami menerima donasi untuk membangun media ini agar lebih profesional lagi, bantuan dapat dikirim via walet dana di nomer 085822262967. Atas bantuan anda semua kami ucapkan terimakasih
Our Feeds
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Redaksi Jurnal Papadaan

Senja di Ufuk Selatan | Emeliarina

Foto ilustrasi puisi diambil dari situs
pixabay.com tanpa hak cipta

Senja kenapa menjadi fatamorgana
Bagaimana bisa
Aku begitu bahagia melihatmu
Entahlah aku cuman bisa berucap

Senja sejak kapan
Kau bisa membaca
Sanubari ini
Aku tahu kau mampu
Tapi terkadang cuman
Khayalan semata

Senja Aku memang
Tak bisa sesuai
Perasaan yang sama
Tapi inilah aku
Seorang manusia terkadang lemah

Kotabaru, 23-12-2021




Tentang Penulis:

Rina Emelia, berasal dari Kotabaru kecamatan pulau laut utara seorang guru TK di kantor camat pulau laut utara walaupun guru TK, di taman kanak-kanak ada beberapa interaksi seperti mendongeng dengan anak- anak yang menjadikan mereka lebih ceria. Lulusan S1 pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tetapi tetap mencintai yang namanya dunia sastra.
Redaksi Jurnal Papadaan

Una razón por la que amo a la señora | Riyan Ahmad

Foto ilustrasi puisi diambil dari situs
pixabay.com tanpa hak cipta

Una razón por la que estoy aquí amando a la señora
porque eres una vena
y soy un hueso
somos uno

Una razón por la que estoy aquí amando a la señora
porque tu eres el pulso
y yo soy sangre
somos uno

Una razón por la que estoy aquí amando a la señora
porque eres un alma
y yo soy el aliento
somos uno

Vuelve dama
esta es tu casa
esa es mi casa
somos uno

Tierra sazonada, 22/12/2021
---------------------------------------------------------------------

Terjemahan puisi langsung untuk Bahasa Indonesia:

Sebuah Alasan Aku Mencintai Puan | Riyan Ahmad

Sebuah alasan mengapa aku di sini mencintai puan
karena puan adalah urat
dan aku adalah tulang
kita satu

Sebuah alasan mengapa aku di sini mencintai puan 
karena puan adalah nadi
dan aku adalah darah
kita satu

Sebuah alasan mengapa aku di sini mencintai puan
karena puan adalah jiwa
dan aku adalah nafas
kita satu

Kembalilah puan
ini rumahmu
itu rumahku
kita satu

Tanah Bumbu, 22/12/2021


Tentang Penulis:

Ahmad Riyan Nailanie dengan nama pena Nayla AR merupakan sastrawan asal Kabupaten Tanah Bumbu yang banyak memiliki prestasi di dunia kesusastraan dan peraih penghargaan puisi Internasional tahun 2020. Bang Riyan yang sering disapa akrab, juga seorang guru bahasa dan sastra di SMPN 2 Kusan Hulu, seorang guru dan juga penulis aktif memang jarang dimiliki orang lain. 

Kemampuannya yang multitalenta sering membuat orang terbius oleh segala diksi-diksi yang lahir dari penanya. Kiprahnya di dunia kepenulisan semenjak tahun 2011 sudah banyak karyanya yang di publikasikan di loker karya, blog, maupun media online lainnya. 

Sekarang Riyan sedang aktif di media online personalnya berbasis blog media pemberitaan, opini, artikel, puisi, dan cerpen. Riyan juga merupakan lulusan wartawan LPWI yang aktif membangun media pers sendiri. 

Penulis bisa dihubungi melalui email aktif di riyannailanieahmad@gmail.com dan nomer handphone 081257725367













Redaksi Jurnal Papadaan

Dor...Dor...Dor | Riyan Ahmad


 Foto ilustrasi puisi diambil dari situs pixabay.com tanpa hak cipta

(Sebuah puisi yang terinspirasi dari karya WS. Rendra dengan judul puisinya gugur)

Malam ini jiwaku tertelan syair gugur karya maestro legenda yang menasbihkan dirinya sebagai burung merak

ia kibarkan ekornya membias pelangi di langit Kurawan

ia kepakkan sayapnya menutupi awan

ia kicaukan suara-suara merdu yang menggetarkan seluruh raga

gugur bukan berarti mati
raga ini berlumur darah
jiwa ini menelan angin syurga

lihatlah,
tanahku tergusur
rakyatku dibantai
aku tak gentar
satu peluru terakhir menembus dadaku
aku belum mati
nafasku masih mekar harum
semerbak bunga melati di ujung taman kerinduan
dan Tuhan mendekap tubuhku erat

allahu akbar
dor...dor...dor
peluru melesat ke otakku
aku belum mati
hanya jiwaku yang pergi
dalam keheningan
dan cahaya putih
menyambutnya dalam kedamaian
gugurlah ia sebagai pahlawan

Tanah Bumbu, 21/12/2021



Tentang Penulis:

Ahmad Riyan Nailanie dengan nama pena Nayla AR merupakan sastrawan asal Kabupaten Tanah Bumbu yang banyak memiliki prestasi di dunia kesusastraan dan peraih penghargaan puisi Internasional tahun 2020. Bang Riyan yang sering disapa akrab, juga seorang guru bahasa dan sastra di SMPN 2 Kusan Hulu, seorang guru dan juga penulis aktif memang jarang dimiliki orang lain.

Kemampuannya yang multitalenta sering membuat orang terbius oleh segala diksi-diksi yang lahir dari penanya. Kiprahnya di dunia kepenulisan semenjak tahun 2011 sudah banyak karyanya yang di publikasikan di loker karya, blog, maupun media online lainnya. 

Sekarang Riyan sedang aktif di media online personalnya berbasis blog media pemberitaan, opini, artikel, puisi, dan cerpen. Riyan juga merupakan lulusan wartawan LPWI yang aktif membangun media pers sendiri.

Penulis bisa dihubungi melalui email aktif di riyannailanieahmad@gmail.com dan nomer handphone 081257725367

Admin Jurnal Papadaan

Puisi Mauliya Nandra Arif Fani | Kenangan Arloji

Ilustrasi puisi ini diambil dari situs resmi Pixabay.com yang menyediakan gambar gratis tanpa melanggar hak cipta

Telah berlalu masa itu
Hari sore, di mana angan
Menjadi berseri oleh angin lembut
Yang melabuhkan kapal-kapal tembaga
Para nenek moyang
Tenang danau jiwaku
Sedang imaji mengepakkan sayap
Ke pulau Jeju

Sebelumnya aku sempat mengira
Kalau pertemuan itu
Takkan mungkin tiada jejak
Lukisannya terlalu cerah
Pada kanvas jemari
Yang dapat kugenggam kapanpun
Dan tentu bukanlah cerita
Pada mitologi bangsa Yunani

Diam-diam jalannya waktu
Masih ditemui kerlipan permata
Melalui gelombang elektrik
Hasil keindahan alam
Semesta pikiran fisikawan
Kami saling jumpa
Dalam kedipan mata
Di atas ranjang kamar euforia

Dengan bahasa penduduk langit
Kami beradu kata
Melembutkan cinta hingga kebijaksanaan
Yang pernah tertulis
Di prasasti istana Mulawarman
Kini, menjadi titah
Bagi bocah berusia sepuluh tahun
Yang mengemban cinta kasih ibunda

Purwokerto, 13 November 2019 

Kampung Kehidupan

Saat purnama bergaun putih
Bersinggah di kerajaan langit
Menjadi ratu di antara beribu bintang
Larut kian membisu
Detakkan waktu telah mengganti
Bulan dengan hangat mentari
Semilir lembut angin menari
Mengajak dedaunan untuk bernyanyi
Indah bunga hias halaman
Bersama harumnya menawan
Dengan kumbang bunga berpelukan
Bagi mereka selalu menguntungkan
Sang sinar menyuruh
Butiran embun untuk menjauh
Rambut pepohonan memayungi
Luasnya bunda pertiwi
Biar tak seperti di padang Arafah
Panasnya semakin memarah
Menjadi kampung selalu dirasa
Tak terabaikan dalam sukma
Sekalipun kujauh pergi
Sampai gelap waktuku nanti

Banjarnegara, 2018

Pada Malam yang Dinanti

Berduyun orang sedusun
Meramaikan jalanan kompleks
Membawa searak obor
Dan putranya mengapit
Di antara ibu bapaknya
Menanda ada sesuatu yang besar
Terjadi di sana
Ketika malam tiba,
Asap motor berubah
Menjadi dentuman besar di pusat kota
Sehingga terjagalah orang-orang yang berselimut
Kayu, dalam kobaran api yang hangat
Akupun mengira kalau waktu
Telah merajam kekasih-kekasih orang
Yang berlalu lalang menyadap kebebasan

Aku mendengar rintihan guruh
Yang setelah membentak langit,
Ia menghambur api
Lalu meredam di atas
Kumpulan warna yang berkelip
Menjadi lambang bergantinya waktu
Mengalahkan bulan dan gemintang
Kala malam berganti siang
Mereka tidak mengingat
Akan tangisan anak Pulazi
Darah mengalir di wajahnya
Merindukan teman surganya
Yang sebenarnya ia tak rindu juga
Tercatat puluhan gemuruh
Telah menculik nyawa-nyawa kecil
Beserta pangkuannya

Saat bunga api habis
Kota kembali ke ruang sunyi
Awan kepada naungannya
Sebagian orang kembali
Pada kebun yang buahnya manis
Lagi menyejukkan di tengah hari
Ada juga yang memaki-maki
Karena batang pohonnya kering meronta
Terkira jalanan pagi
Sudah ditimpa mentari hangat
Dan embun dedaunan
Telah menguap kembali

Purwokerto, 1 Januari 2019

Pengembara Pertemuan

Mendengar seok langkahmu
Tak ubahnya seperti alunan musik klasik
Di zaman Renaisance
Dengan simpul yang terbawa di bibir
Memastikan waktu sampai di pangkal temu
Aku mengayunkan langkah di tempat
di tepi kota

Pada titik bertemunya
Empat kaki kita
Aku mengatur irama dadaku
Seakan yang kulihat adalah semu
Dari bayang-bayang raja Goryeo
Akupun mengatur pewarnaan pipiku
Bila menjadi semerah sendu
Maka kau horison
Di cakrawala langit kita

Ada sejumlah cerita kecil
Dari tujuh musim gugur lamanya
Siapapun terjebak dalam masa lalu kita
Adakah yang percaya 
Bila aku mengulurkan tanganku
Sedang dahulu hanya dalam imaji

Tangan telah menggandeng tanganmu
Dan mata telah menjadi satu fungsi
Memandang ke arah yang sama
Maka di zaman inilah
Aku seperti putri Dong Yi
Di hadapan raja Joseon
Kasihmu tak kira-kira
Melimpahi luasnya lautan usiaku

Purwokerto, 22 Januari 2020 

Perempuan Sepanjang Waktu

Air matanya adalah mahasabar
Di atas kasur penuh rindu
Pada buah hati yang melekat cinta
Yang namanya diabadikan
Dalam udara malam

Bahagianya adalah mahaluas
Kala si mungil puas
Melahap sayur tanpa bahasa kias
Tertawanya lepas
Membawa girang lari kecilnya
Yang landas

Nyanyiannya adalah mahaindah
Untuk tangis pemecah malam
Hingga merah pada matanya
Dan kembali kepada mimpi
Kecil yang penuh nada suci

Doanya adalah mahasuci
Untuk seluruh nama
Yang pernah di rahimnya
Mengantarnya ke panggung dunia
Hingga waktu yang paling senja

Hanya iman yang siap sedia
Membawa diri ke hangat peluknya
Sebelum ujung dunianya
Hingga pakaian tergantung 
Di kamar kosongnya

Purwokerto, 9 Desember 2018

Foto Mauliya Nandra Arif Fani | Ryn/Jp

Mauliya Nandra Arif Fani, berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekarang menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto, Pendidikan Agama Islam. Ia aktivis di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. 

Karyanya dimuat di simalaba.net, koran Kabar Madura, tembi.net (dibukukan dalam antologi berjudul Mata Air Hujan di Bulan Purnama), dan buku antologi puisi seperti 100 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi ASEAN IAIN Purwokerto, Antologi Pilar Puisi 5 IAIN Purwokerto, Lomba Cipta Puisi Rumah Kreatif Wadas Kelir, 100 puisi terbaik Lomba Puisi Nasional Antologi Kata, 250 puisi terbaik Lomba Puisi Sahabat Inspirasi Pena, dan pernah jadi juara 3 Lomba Puisi Nasional Event Hunter Indonesia sehingga berkesempatan melakukan kunjungan sastra ke Singapura. 

Penulis dapat dihubungi dinomor 085726377842. Email aktif mauliya.nandra@gmail.com. Facebook Mauliya Nandra Ariffani. Instagram @mauliyanandra.

Editor : Ryn/Jp




Admin Jurnal Papadaan

Mi Sueño, El Sueño Palestino | Nayla AR

Ilustrasi tentang Palestina ini diambil dari situs resmi Pixabay.com yang menyediakan gambar gratis tanpa melanggar hak cipta

Soñé con palestina
fértil y próspero
muchas palmeras datileras
que rodea las estaciones
entre las olas
en el río Éufrates
profundo

Niños que juegan felices
a lo largo del crepúsculo
hasta la noche
se ríen felices
en los siguientes años
sin tortura, dolor y lágrimas

Este es mi sueño, un sueño
niños palestinos
que grabé
en mi poesia

Tierra Sazonada, Borneo del Sur, Indonesia, 11 Octubre de 2020
(Teks puisi di atas menggunakan bahasa Spanyol)

Impianku, impian Palestina

Aku bermimpi Negeri Palestina
subur dan makmur
banyak pohon kurma
yang mengelilingi bantaran musim
di sela desiran ombak
di Sungai Eufrat
yang dalam

Anak-anak yang bermain riang
sepanjang senja
hingga malam menjelang
mereka tertawa bahagia
memasuki tahun-tahun berikutnya
tanpa siksa, duka, dan air mata

Inilah impianku, impian
anak-anak Palestina
yang kurekam
dalam puisi-puisiku

Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Indonesia, 11 Oktober 2020
(Puisi diterjemahkan oleh Google Translate untuk Bahasa Indonesia)

BIODATOS AUTÉNTICOS DEL AUTOR

El verdadero nombre del autor es Ahmad Riyan Nailanie, S.Pd. Nacido en Kotabaru, el 28 de mayo de 1993. El segundo hijo del Sr. Kaslan, S.Pd. y Sra. Mahdalena. La educación más reciente del autor es el Departamento Strata-1 de Educación de Lengua y Literatura de Indonesia en STKIP Paris Barantai Kotabaru, lote 2015. La profesión del autor es un profesor honorario en SMP Negeri 2 Kusan Hulu, Tanah Bumbu Regency. El escritor ha escrito durante mucho tiempo varios géneros literarios, tanto poesía como cuentos. El autor también ha obtenido logros en el mundo de la escritura, a saber, el segundo ganador de un concurso de creación de cuentos con el tema Rain at Dusk organizado por la editorial Raden Jagabara Bandung. Y los mejores escritores y autores de elección en varios concursos organizados por editoriales fuera de la provincia de Kalimantan del Sur. El autor también tiene un estudiante en la comunidad de Langit Sastra SMP Negeri 2 Kusan Hulu que también es uno de sus estudiantes que ganó el primer lugar en el concurso de escritura de cuentos Aruh Sastra XVI en el sur de Kalimantan. Los autores pueden ser contactados directamente por correo electrónico riyannailanieahmad@gmail.com o vía whatsapp al número 081257725367 para compartir sobre el mundo de la escritura.

(Ryn/Jp)


Admin Jurnal Papadaan

Manos Del Cielo | EL

Ilustrasi puisi di atas diambil dari situs resmi pixabay.com, sebagai penyedia foto gratis tanpa melanggar hak cipta

Los gemidos de la noche rompieron el silencio. 
Una ráfaga de viento soplaba contra su rostro gastado cubierto de sudor. 
Ella es una mujer que lucha hasta la muerte. 
Presentando al ángel de la guarda del cielo enviado por Dios. 

La mano del cielo empezó a saludar. 
Agarrando la esperanza de revelar el blanco y negro de la vida. 
Los habitantes del santo cielo sin pecado. 
Una mujer valiente, fuerte y fuerte con dignidad.

Sin error, la mano traviesa comenzó a ponerse vidriosa. 
El cuerpo colgaba lleno de heridas por el golpe. 
Llantos y lágrimas de sangre fluyeron sin despedirse. 
Detén toda tortura física. 

Oh valientes. 
Protege a las mujeres en cuerpo y alma. 
Las mujeres son las habitantes del cielo. 
No hagas su vida como el infierno.

//EL/22.10.20/21.14/Indonesia//
(Puisi di atas menggunakan Bahasa Spanyol)

Tangan dari Surga

Rintihan malam memecah kebisuan
Terdengar hembusan angin menerpa wajah lusuh penuh keringat
Dialah seorang wanita yang berjuang menuju kematian
Menghadirkan malaikat penjaga surga yang dikirimkan oleh Tuhan

Tangan dari surga mulai menyapa
Menggenggam harapan menyibak hitam putih kehidupan
Penghuni surga nan suci tanpa dosa
Sosok wanita pemberani, kuat dan tegar penuh wibawa

Tanpa kesalahan, tangan nakal itu mulai menggerayangi badan
Tubuh terkulai penuh luka karena pukulan
Tangisan dan airmata darah bercucuran tanpa berpamitan
Hentikan dari semua siksaan badan

Wahai kaum laki-laki nan perkasa
Lindungi kaum wanita dengan jiwa raga
Wanita adalah penghuni surga
Jangan jadikan hidupnya seperti di neraka

//EL/22.10.20/21.14/Indonesia//
(Puisi diterjemahkan oleh Google Translate untuk Bahasa Indonesia)

BIODATOS AUTÉNTICOS DEL AUTOR

Elsi Desiyanti, S.Pd nació en Pelaihari, el 29 de diciembre de 1985. Un profesor funcionario en SDN 2 Sepunggur. Produjo 7 libros de antología de FAM "Cinta Sekuntum Mawar". Salam Pedia Cirebon "Cuando te hayas ido", Salam Pedia Cirebon "Quédate en mi corazón". Tasik Zona Barokah "Hermosa noche". MJS "Gran sabor". MJS "La herida cortada". Cahaya Pelangi Media "Amor en silencio y recuerdos". Conviértase en entrenador de Microsoft Office 365 en 2020.

Editor : Ryn/Jp