Berjumpa Wajah Kerinduan
Untuk: Dr. Fahruddin Faiz
Aku terbangun dalam kesunyian
Dingin yang membuat gigil
Serta harum bunga melati menyengat ketenangan
Aku menyapa jendela segera menyegarkan pagi
Melepas kerinduan bersama tuhan
Matahari datang menyapa bumi
Kulihat wajah sendu di depanku
Matanya terukir keikhlasan dan
Tangannya menggetarkan syukur
Hari ini kutemui wajah kerinduan yang
Sepanjang malam sepanjang pagi
Hanya bisa kudengar suaranya di balik layar
Kini, kujabat tangan penuh kemuliaan
Kupandangi wajah penuh kedamaian
Dan kudengar pitutur luhurnya
Hari keajaiban memeluk sukmaku
Mengaalirkan rasa takdzim
Hingga lima dzikir terus aku racik
Sembari merenungkan cinta pemilik rindu
Purwokerto, Februari 2020
Istana Dawet Ayu
Aku tegaskan pada alam
Biarlah kemarau mengeringkan aroma
Pada nyala sekuntum mawar berduri
Di tepian danau itu
Dan hanya menyisakan setetes embun
Menetes melegakan puncak kawah sileri
Tekadku tetap membakar luka
Dalam pangkuan kilat cahaya yang
Menembus celah daun asri
Merasakan hangatnya percikan telaga warna
Pun hijaunya jantung bumi di sela jemari
Namun alam tetap kekang
Melarang aku nikmati pesonanya
Ketika tanah sekejap membasah
Purwokerto, November 2020
Gadis dan Senja
Gadis bergaun sutra telah berkemas
Menanti senja di langit yang jingga
Ia mencari mahkota duri yang
Sempat tertanam di taman hatinya
Gadis itu mengulurkan tangan
Memetik tangkainya
Namun, tinggallah duri yang melukai tubuhnya
Sebab ia telah pergi
Bersama angin
Dan jatuh pada tanah keheningan
Tanjungtirta, November 2020
Muasal Dendam
Aku masih teringat
Ketika kita menari bersama di bawah hujan
Berlari riang menghempaskan tawa dan
Meneriakkan setiap luka
Lalu kau terjatuh di atas batu kerikil
Tepat langit bergemuruh
Hingga mulutmu bungkam menahan sakitnya
Kau bawa aku ke hadapan orang tuamu
Kau susun sekenario menjadi sandiwara indah
Seakan aku yang mengalirkan darah pada lutut mungilmu
Kau katakan pada mereka
Bahwa hujan dan langit telah membantuku
Menumpahkan geram pada tubuh
Hingga kau tersungkur
Saat itu aku hanya bisa tertunduk diam
Menghela nafas panjang
Sambil menulis perkataanmu di ingatanku
Sembir, 2020